YP3R SAMARINDA

Photobucket

Semboyan 7 K

Photobucket Photobucket

Minggu, 11 Mei 2008

Info PSB 2008 - 2009


PENERIMAAN SISWA BARU (PSB)

TAHUN PELAJARAN 2008 / 2009


A. PENDAFTARAN DIBUKA PADA TANGGAL

21 APRIL S/D 25 JUNI 2008

B. SISTEM PENERIMAAN


1. JALUR KHUSUS / JALUR TANPA TEST

a. Syarat – syarat :

  1. Membeli formulir pendaftaran.
  2. Melengkapi syarat – syarat yang terdapat pada formulir pendaftaran
  3. Fotocopy raport :

- Kelas IV, semester 1 dan 2 Nilai rata-rata minimal 7,0

- Kelas V, semester 1 dan 2 Nilai rata-rata minimal 7,0

- Kelas VI, semester 1 Nilai rata-rata minimal 7,0

b. Pengembalian formulir pendaftaran beserta syarat – syarat yang harus dipenuhi , selambat – lambatnya tanggal 31 Mei 2008.
c. Pengumuman penerimaan, tanggal 5 Juni 2008.
d. Pendaftaran ulang, tanggal 11 – 16 Juni 2008.

2. JALUR UMUM / JALUR REGULER

a. Syarat – syarat :

1. Membeli formulir pendaftaran.

2. Melengkapi syarat – syarat yang terdapat pada formulir pendaftaran.

b. Pengembalian formulir pendaftaran beserta syarat – syarat yang harus dipenuhi , selambat – lambatnya tanggal 26 Juni 2008.

c. Test masuk, tanggal 28 Juni 2008.

d. Pengumuman penerimaan, tanggal 30 Juni 2008

e. Pendaftaran ulang, tanggal 30 Juni – 5 Juli 2008.





Samarinda, 2008

PANITIA PSB Th. Ajaran 2008 / 2009

Jumat, 25 April 2008

10 Tips Saat Ujian


Sepuluh Tips Saat Ujian




Ketika kamu melakukan ujian, kamu sedang mendemonstrasikan kemampuanmu dalam memahami materi kuliah, atau dalam melakukan tugas-tugas tertentu. Ujian memberikan dasar evaluasi dan penilaian terhadap perkembangan belajarmu.

Ada beberapa kondisi lingkungan, termasuk sikap dan kondisimu sendiri, yang mempengaruhimu dalam melakukan ujian.

Bila kamu ragu terhadap kejujuran ujian, atau kredibilitas ujian tersebut untuk menguji kemampuanmu, temuilah dosen pembimbingmu.

Sepuluh tips untuk membantu kamu dalam mengerjakan ujian:
Datanglah dengan persiapan yang matang dan lebih awal.
Bawalah semua alat tulis yang kamu butuhkan, seperti pensil, pulpen, kalkulator, kamus, jam (tangan), penghapus, tip ex, penggaris, dan lain-lainnya. Perlengkapan ini akan membantumu untuk tetap konsentrasi selama mengerjakan ujian.

Tenang dan percaya diri.
Ingatkan dirimu bahwa kamu sudah siap sedia dan akan mengerjakan ujian dengan baik.

Bersantailah tapi waspada.
Pilihlah kursi atau tempat yang nyaman untuk mengerjakan ujian. Pastikan kamu mendapatkan tempat yang cukup untuk mengerjakannya. Pertahankan posisi duduk tegak.

Preview soal-soal ujianmu dulu bila ujian memiliki waktu tidak terbatas)
Luangkan 10% dari keseluruhan waktu ujian untuk membaca soal-soal ujian secara mendalam, tandai kata-kata kunci dan putuskan berapa waktu yang diperlukan untuk menjawab masing-masing soal. Rencanakan untuk mengerjakan soal yang mudah dulu, baru soal yang tersulit. Ketika kamu membaca soal-soal, catat juga ide-ide yang muncul yang akan digunakan sebagai jawaban.

Jawab soal-soal ujian secara strategis.
Mulai dengan menjawab pertanyaan mudah yang kamu ketahui, kemudian dengan soal-soal yang memiliki nilai tertinggi. Pertanyaan terakhir yang seharusnya kamu kerjakan adalah:
soal paling sulit,
yang membutuhkan waktu lama untuk menulis jawabannya,
memiliki nilai terkecil.

Ketika mengerjakan soal-soal pilihan ganda, ketahuilah jawaban yang harus dipilih/ditebak.
Mula-mulai, abaikan jawaban yang kamu tahu salah. Tebaklah selalu suatu pilihan jawaban ketika tidak ada hukuman pengurangan nilai, atau ketika tidak ada pilihan jawaban yang dapat kamu abaikan. Jangan menebak suatu pilihan jawaban ketika kamu tidak mengetahui secara pasti dan ketika hukuman pengurangan nilai digunakan. Karena pilihan pertama akan jawabanmu biasanya benar, jangan menggantinya kecuali bila kamu yakin akan koreksi yang kamu lakukan.

Ketika mengerjakan soal ujian esai, pikirkan dulu jawabannya sebelum menulis.
Buat kerangka jawaban singkat untuk esai dengan mencatat dulu beberapa ide yang ingin kamu tulis. Kemudian nomori ide-ide tersebut untuk mengurutkan mana yang hendak kamu diskusikan dulu.

Ketika mengerjakan soal ujian esai, jawab langsung poin utamanya.
Tulis kalimat pokokmu pada kalimat pertama. Gunakan paragraf pertama sebagai overview esaimu. Gunakan paragraf-paragraf selanjutnya untuk mendiskusikan poin-poin utama secara mendetil. Dukung poinmu dengan informasi spesifik, contoh, atau kutipan dari bacaan atau catatanmu.

Sisihkan 10% waktumu untuk memeriksa ulang jawabanmu.
Periksa jawabanmu; hindari keinginan untuk segera meninggalkan kelas segera setelah kamu menjawab semua soal-soal ujian. Periksa lagi bahwa kamu telah menyelesaikan semua pertanyaan. Baca ulang jawabanmu untuk memeriksa ejaan, struktur bahasa dan tanda baca. Untuk jawaban matematika, periksa bila ada kecerobohan (misalnya salah meletakkan desimal). Bandingkan jawaban matematikamu yang sebenarnya dengan penghitungan ringkas.

Analisa hasil ujianmu.
Setiap ujian dapat membantumu dalam mempersiapkan diri untuk ujian selanjutnya. Putuskan strategi mana yang sesuai denganmu. Tentukan strategi mana yang tidak berhasil dan ubahlah. Gunakan kertas ujian sebelumnya ketika belajar untuk ujian akhir.

sumber: Landsberger, Joe. Ten Tips for Test Taking

UN, Munculkan Budaya Instan

UN, Munculkan Budaya Instan
Ditulis oleh : Sudaryanto, Direktur Pusat Studi Penalaran dan Kepenulisan (Puspek) Yogyakarta

Ujian Nasional (UN) kembali digelar. Pada 22-24 April ini UN dilaksanakan pada tingkat SMA dan sederajat. Meski hingga kini masih jadi polemik, UN tetap jalan terus. Padahal, pemerintah telah digugat melalui mekanisme gugatan warga negara alias citizen law suit atas kasus UN. Yang jadi soal ialah mengapa pemerintah tetap bersikeras melaksanakan hajatan nasional itu?

Mari kita cermati. Dalam konteks UN, pemerintah dianggap lalai dan patut digugat dalam hal pemenuhan hak atas pendidikan dan perlindungan hak anak. Pasalnya, akibat UN hak anak untuk melanjutkan studi ke jenjang berikutnya jadi hilang. Di sinilah, saya kira awal pengebirian akan ruh pendidikan yang mengedepankan pembebasan terjadi. Siswa menjadi sosok terpenjara, serta terlalu diarahkan untuk cenderung jago menghafal.

Bahkan, sejumlah guru berpendapat bahwa UN kurang selaras dengan proses pembelajaran di dalam kelas. Mungkin di sisi lain, UN dapat menjadi standar minimal dan menjadi alat pacu pembelajaran, seperti dinyatakan Dirjen Mandikdasmen Prof Suyanto beberapa waktu lalu. Namun, dalam upaya peningkatan kompetensi dan kualitas peserta didik, sekali lagi UN tidak sepenuhnya selaras. Benarkah demikian?

Bagi guru bahasa Indonesia, misalnya, pembelajaran diarahkan untuk meningkatkan kompetensi berkomunikasi dalam mendidik. Sekurangnya empat kompetensi berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, menulis) dapat tercapai. Namun dalam UN kemampuan yang diujikan berbeda dengan pembelajaran harian karena menekankan kepada hal teoretis. Bentuk UN berupa pilihan ganda membuat siswa cenderung menghafal.

Alhasil, sejak di kelas tiga sudah ada pendalaman dan pengayaan materi, seperti latihan soal UN. Ditambah model soal UN yang cenderung monoton, gejala siswa menghafalkan model soal UN makin besar. Jadi, penilaian yang digunakan dalam UN memang cenderung kognitif (!). Sementara dua aspek lainnya, afektif dan psikomotorik, jadi terabaikan. Apakah hal itu luput dari perhatian pemerintah?

Jika jawabnya ya, berarti kebijakan UN layak ditinjau ulang. Berarti pula, komitmen pemerintah terhadap pendidikan perlu kita pertanyakan. Pasalnya, selama ini ketika UN sudah berlalu, hasilnya terhenti di pusat tanpa ada perbaikan lebih lanjut. Padahal, idealnya sebuah hasil evaluasi (baca: UN) ditelaah dan kemudian dirumuskan melalui aksi kegiatan yang bervisi peningkatan mutu guru dan para siswa.

Namun, realitasnya, UN justru tidak berkorelasi dengan peningkatan mutu di sekolah. Apalagi jika standar pelayanan minimal kepada seluruh sekolah belum terpenuhi. Kalau itu dipaksakan, hasil UN tidak lebih dari data statistik yang sifatnya semu, tidak mencerminkan proses belajar-mengajar yang terstruktur. Meski pun ada kebijakan bahwa soal UN diserahkan untuk tiap-tiap sekolah, UN tetap saja menjadi alat penentu kelulusan bagi siswa.

Dengan begitu, siswa selama ini malah terpacu untuk menyiasati soal-soal ujian sehingga yang justru muncul budaya instan. Para siswa berpikir tunggal: mereka rajin belajar untuk cari selamat agar bisa lulus. Demikian pula para guru. Bahkan, kalau perlu mereka bisa menghalalkan segala cara. Tidak heran setiap tahun selalu terjadi aksi-aksi kecurangan yang membayangi UN. Apakah ini efek dari pelaksanaan UN itu?

Pada hemat saya, guna mengantisipasi terjadinya kecurangan dalam UN, pemerintah perlu menyadari satu hal. Bahwa, otoritas mereka dalam UN perlu dikurangi. Caranya? Agar lebih adil, ujian sekolah dan hasil evaluasi guru tetap dinilai dan menjadi penyeimbang terhadap UN. Jika porsi nilai UN itu 50%, 50% sisanya porsi nilai dari hasil ujian sekolah dan evaluasi guru. Konsep ini dirasa lebih adil bagi semua pihak, terutama siswa.

Tak hanya itu, dengan konsep di atas (jika betul-betul diterapkan) pemerintah dianggap telah paham akan substansi Pasal 58 UU Sisdiknas. Bahwa, evaluasi hasil belajar merupakan kewenangan guru/sekolah, dan bukan kewenangan pemerintah. Namun, ini pun mengandung konsekuensi bahwa sekolah harus mau serius: untuk bertindak jujur. Jujur dalam penilaian dan tidak berbuat katrol-katrolan nilai.

Karenanya, ketika wewenang kelulusan berada pada sekolah, itu tidak menyalahi apa pun, termasuk UU Sisdiknas. Tapi, yang jadi pertanyaan kita sekarang apakah pemerintah mau memahaminya? Jika niat pemerintah ingin mendongkrak mutu pendidikan, mengapa mesti mengambil jalan pintas melalui UN? Alangkah bijaksananya jika pemerintah berupaya keras menegakkan fungsi akreditasi sekolah. Apa pasal?

Saya kira, dengan fungsi tersebut, dengan sendirinya sekolah akan terpacu untuk memenuhi standar pelayanan minimal, termasuk standar proses belajar-mengajar. Bukan itu saja, dijadikannya UN sebagai penentu kelulusan dengan sendirinya pula meresahkan siswa dari kalangan tidak mampu, karena mereka secara ekonomi tidak punya akses mempersiapkan diri menghadapi dan menyiasati soal-soal dalam UN.

Memang, pemerintah selalu berkata bahwa UN bukan satu-satunya penentu kelulusan. Tapi pada kenyataannya, sekolah tetap menjadikan UN sebagai penentu kelulusan. Jika demikian halnya, kita berkesimpulan; kebijakan UN perlu dikaji ulang! Bukan apa-apa, alih-alih membangun kultur dan semangat belajar yang kukuh, yang terjadi justru pembodohan lewat pengerjaan soal-soal yang diprediksi muncul dalam UN.

Pungkasnya, apabila tahun 2009 UN tetap ada, kiranya pemerintah tidak lagi menetapkan UN sebagai penentu kelulusan dan pendongkrak mutu. Pasalnya, setiap kali muncul polemik UN, pemerintah selalu berdalih itu. Tapi, nyatanya upaya-upaya konkret, seperti pemberdayaan mutu guru dan perbaikan sarana/prasarana di sekolah belum terlihat. Semoga pemerintah menyadari perbuatannya yang keliru itu. Tapi, siapa yang berani menolak UN? Anda?

Senin, 21 April 2008

Peringatan Hari Kartini 21 April 2008

SMPK Wr. Soepratman (21/4/2008). 21 April, diperingati sebagai Hari Kartini. Namun banyak anggapan, peringatan Hari Kartini tiap tahunnnya, hanya formalitas saja. Padahal, kaum perempuan masa kini, diharapkan mengerti tentang semangat yang pernah diperjuangkan Kartini sebagai pejuang emansipasi perempuan.
Untuk memperingati perjuangan Kartini, SMP K Wr. Soepratman Samarinda mengadakan apel Bendera dan mengadakan lomba Memasak yang wajib diikuti oleh setiap perwakilan masing - masing. Meskipun cuacanya dalam keadaan gerimis, tetapi acara pelaksanaan apel bendera tetap berjalan dengan khidmat.

Kepala SMPK Wr. Soepratman dalam hal ini Dra. Bernadetha Hadjad menyampaikan, kiprah wanita - wanita dalam segala aspek bidang seperti lembaga parlemen, TNI/ Polri, dan lain - lain, tidak terlepas dari perjuangan R.A Kartini.
Meskipun tergolong keturunan Keraton yang waktu itu wanita hanya "dipekerjakan" pada aspek rumah tangga, tetapi keinginannya untuk berfikir dan berkarya untuk tidak kalah saing dengan pria, R. A. Kartini yang juga penulis buku Habis gelap, tebitlah terang memberanikan diri untuk bersekolah di Negeri Belanda.Pungkasnya.

Bagi siswa yang tidak ikut berpartisipasi dalam lomba memasak, maka seluruh siswa diharuskan membersihkan ruang belajar mereka masing - masing. Dan pada hari ini, seluruh siswa dibebaskan untuk tidak belajar di sekolah.

Kamis, 17 April 2008

Profil Singkat Sekolah

Yayasan

Penyelenggara : Yayasan Pendidikan Pengajaran PEMBANGUNAN RAKYAT


Nama Sekolah : SMP Katolik 1 WR. Soepratman 011 Samarinda


Alamat : Jln. Gn. Merbabu 117 Samarinda


No. Telp : (0541) 741178


Tahun Berdiri : 1959


Status Sekolah : Swasta


Kepala Sekolah : Dra. Bernadetha Hadjad


E - Mail Sekolah : smpkwr.soepratman@yahoo.com


E - Mail Kepsek : kepsek_smpk1_smd@yahoo.co.id


Blog Sekolah : www.smpkwrsoepratman.tk


Milis Sekolah : smpkwr_soepratman@yahoogroups.com


Status Akreditasi : Disamakan


Nilai Akreditasi : B


Data Siswa Th. Ajaran 2007 / 2008




Kelas VII
Jumlah Siswa Ruang Belajar
139 4


Kelas VIII

Jumlah Siswa Ruang Belajar
111 4


Kelas IX

Jumlah Siswa Ruang Belajar
121 4




JUMLAH SEMUA SISWA
Jumlah Siswa Ruang Belajar
352 12


Prestasi Non - Akademik

Tahun 2005 / 2006

- Bulu Tangkis

  • Juara 3 Tingkat Kota Samarinda




Tahun 2006 / 2007

- Mayoret
  • Juara 2 Tingkat Kota Samarinda
- Drum Band
  • Juara 2 Tingkat Kota Samarinda
- Paduan Suara
  • Juara 1 Tingkat Kota Samarinda
  • Juara 2 Tingkat Kota Samarinda

Prestasi Akademik



Tahun 2005 / 2006


- Pidato Bahasa Inggris
  • 2 Kali Juara 1 Tingkat Kota Samarinda
  • Juara 1 Tingkat Propinsi Kaltim
- Paduan Suara
  • Juara 3 Tingkat Kota Samarinda
- Cerdas cermat bahasa Inggris
  • Juara 1 Tingkat Propinsi Kaltim
- Speech Contes
  • Juara 1 Tingkat Kota Samarinda

Tahun 2006 / 2007


- Paduan Suara
  • Juara 1 Tingkat Kota Samarinda
- Astra Matika
  • Juara 3 Tingkat Propinsi Kaltim
- Pidato Bahasa Inggris
  • Juara 4 Tingkat Kota Samarinda

Selasa, 15 April 2008

ESKUL

  • Basket
  • Volly
  • Paduan Suara
  • Sepak Bola
  • Drum Band
  • English Clinic
  • Other

Fasilitas Sekolah

FASILITAS SEKOLAH :

  1. Ruang Kelas yang Representatif & Asri
  2. Lab Komputer
  3. Lab Bahasa Inggris
  4. Ruang Multimedia
  5. Perpustakaan
  6. Ruang Kesenian
  7. Ruang Serbaguna
  8. Lapangan Serbaguna Yang Luas
  9. Tempat Parkir Yang Memadai
  10. Dan Lain -lain




FASILITAS LABORATORIUM KOMPUTER:

  • 20 Unit PC lengkap dengan aksesoris.
  • 1 Unit PC Administrator.
  • 1 Unit LCD.
  • 1 Unit Notebook.
  • 1 Unit Printer.
  • Dan 2 Buah Hub & 1 Buah Modem ASDL.

Jumat, 04 April 2008

Tenaga Pengajar

TENAGA PENGAJAR


1 Dra.Bernadetha Hadjad

2 Agustinus Loko, S.Pd

3 Sisilia Siti,S.Pd

4 Adi Susanto, S.Pd.

5 B.Lalau Bayau

6 N.Nuhadi,A.Md.Pd

7 Sri Sudaryati

8 Farida Maria R,BA

9 M.A.S. S. Rooswanti,S.Pd

10 Tiarmahita Br.S,S.Pd

11 Pati Weking S,Pd

12 Drs. Damianus Harum

13 Drs.Tarsi Sila Bero

14 Ludofikus L. A .,S.Pd

15 Yuliana Rapi,A.Md


16 Adriana Rumanga,A.Md

17 Dyah Ayu Febriana, S.Pd

18 J.Widyawan P, S.Kom

19 Yohanes Sagut, S.Pd

20 Drs.P.Untung B.L

21 B.Suyatno

22 Yohanes Surman, S.Pd


Profil Kepala Sekolah

Nama : Dra. Bernadetha Hadjad

TTL : Long Iram, 14 Desember 1947

N. I. P :131 102 062

Status Kepegawaian/ Golongan : PNS / III /d

Jabatan : Kepala Sekolah SMPK 1 WR. Soepratman

Penataran yang Berkaitan dengan
Mata Pelajaran :

  • Pel. Peningkatan mutu berbasis sekolah thn. 2000
  • Pel. Suklin terpadu pengawas dan kepala SLTP, MTs Negeri/swasta
  • Pel. Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kamis, 03 April 2008

Visi Dan Misi


V I S I

Meningkatkan mutu pendidikan dan mewujudkan budi pekerti luhur serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berwawasan kebangsaan, sehingga menghasilkan siswa yang :

a. Memiliki kecerdasan dan ketrampilan yang prima melalui prestasi akademis dan non akademis.

b. Berbudi pekerti luhur dan menjunjung tinggi nilai budaya bangsa.

c. Memiliki kualitas iman dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan berlandaskan semangat Kristiani.


M I S I

1. Meningkatkan kepribadian siswa yang cerdas dan terampil dengan mengupayakan peningkatan sumber daya manusia.

2. Menciptakan prakondisi yang berwawasan kebangsaan agar tercipta pembauran yang nyata.

3. Menanamkan nilai iman Kristiani serta menumbuh kembangkan budaya bangsa, sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.

4. Mewujudkan lingkungan sekolah yang indah dan nyaman.